Gina Site

I just want to express my life

Wednesday, December 31, 2008

Keramik Asli Tapi Palsu Produk Singkawang, Kalimantan Barat

Naniek H Wibisono
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional

Mau tempayan antik yang berasal dari Dinasti Tang abad ke-9?; mau mangkuk  berelief dari Dinasti Song? atau mau tempayan dililit naga dari Dinasti Ming?. Berbagai bentuk keramik asli tiruan yang betul-betul seindah aslinya ini dapat diperoleh di Singkawang, Kalimantan Barat. Bahkan kalau mau tempayan antik
yang sudah aus atau retak-retak, juga dapat mereka lakukan. Tentu saja dengan harga yang jauh di bawah harga keramik kuna yang sesungguhnya; atau kalau mau memperbaiki keramik antik yang sudah aus, mereka sanggup menghipnotisnya menjadi indah kembali. Demikianlah gambaran sepintas tentang pabrik-pabrik keramik asli tapi palsu, di Singkawang, Kalimantan Barat yang sebenarnya mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, terutama sekali dalam kegiatan pembuatan keramik purba tiruan; jenis komoditi yang menjadi idaman golongan the have dan impian golongan the have not. Pabrik-pabrik pembuatan keramik tersebut didirikan oleh para imigran Cina yang datang di Indonesia pada tahun 1927--30-an di Indonesia dari Cina Selatan (Canton) melalui Singapura dan bekerja sebagai kuli pelabuhan. Kemudian ia mendirikan toko obat
tradisional di Singkawang, dan akhirnya mendirikan pabrik keramik pada tahun 1936 dengan dibantu oleh teman-temannya sebagai potters (pengrajin keramik). Pabrik ini mulai berproduksi pada tanggal 1 Agustus 1937. Ini semua terjadi karena potensi bahan baku yang dimiliki daerah itu Peta lokasi Singkawang Proses Pembakaran Produk Singkawang Bagi para pemerhati keramik kuna harus pandai-pandai dalam memilih benda-benda keramik; karena tidak seluruh keramik yang ada saat ini asli. Sejarah telah memberikan informasi kepada kita, bahwa tradisi pembuatan keramik berawal dari Cina, kemudian menyebar ke Thailand, Vietnam, Jepang, dan Eropa; kemudian pada awal abad ke- 20an juga terdapat di Singkawang, Kalimantan Barat. Kehadiran teknologi keramik di Singkawang ini, bukan saja Tungku Naga hasil dari transformasi ide, tetapi sekaligus disertai pindahnya Cina Dinasti 12 ( produk Singkawang (kiri), Produk Song Abad Ke-11-
(kanan) pengrajin yang terdiri dari imigran Cina yang membawa pengetahuan dan ketrampilan; sehingga terjadi kemiripan produk antara keramik dari Cina dan keramik dari Singkawang. Kemiripan industri keramik Singkawang dengan negara leluhurnya tidak hanya tampak dalam bentuk hasil produksinya saja. Teknologi yang mereka gunakan pun nyaris sempurna seperti yang digunakan nenek moyang mereka ribuan tahun silam di Daratan Cina. Tungku pembakarannya, berbentuk sama dengan yang dahulu dipakai para pengrajin sejak Dinasti Han ratusan tahun lalu. Tungku yang karena bentuknya mirip naga, maka populer dengan sebutan Tungku Naga. 

Kesulitan yang kemudian timbul adalah membedakan ciri jenis keramik tersebut, bahkan mungkin dengan keramik dari negara-negara lainnya; mengingat bahwa para pengrajin keramik Cina juga dikenal menjadi perantau di negara-negara produsen keramik di luar Cina. Barang-barang keramik yang meniru keramik dari
Cina, misalnya tempayan, teko, guci, dan sebagainya. Jenis dan tipe barang-barang tersebut pada saat ini sangat disenangi dan dicari oleh masyarakat golongan atas khususnya para antiquariant, karena barang-barang
tersebut dianggap simbol status sosial. Cara peniruan itu dilakukan pula oleh beberapa pabrik keramik di Taiwan, Jepang, dan Cina dengan cara mengcopy bentuk-bentuk kuna, kemudian menjualnya ke pasaran international dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang asli. Cara mengupgrade (kiri) dan mengcopy (kakan) Bahan pokok yang digunakan untuk pembuatan keramik adalah tanah liat yang terdapat di sekitar pabrik; kadang-kadang sebagai bahan campuran digunakan tanah merah campur kaolin Alat utama yang digunakan untuk pembentukan adalah roda putar. Alat ini berbentuk bundar, berdiameter 90 cm dan tebal 12 cm, dan dibuat dari coran semen dengan tulang besi.
Bagian tengahnya sedikit cekung, pada bagian ini diletakkan kayu berbentuk bulat yang berfungsi sebagai landasan tanah liat pada waktu pembentukan. Bagian tengah dari roda putar tersebut diberi poros besi sebagai tonggak yang menghubungkan roda putar dengan lantai ruang kerja.
Pembentukan di atas roda putar dengan tangan sesuai dengan wadah yang dikehendaki. Sekali-kali dalam proses Kemudian dilakukan Pencarian kaolin Roda putar Teknik pembentukan pembentukan tanah liat disaput dengan kain basah supaya bahan tidak keras, sehingga mudah dibentuk. Untuk menipiskan badan wadah, digunakan lempengan pipih dan panjang dari kayu; nama alat ini ialah su dei kut. Tahap sebagian luar wadah dengan bilah kayu yang pipih dan lebar yang biasanya disebut kiam chi. Tahap akhir dari proses pembentukan ini adalah penglepasan hasil pembentukan dari roda putar dengan menggun elanjutnya adalah meratakan akan benang.
Teknik penghias dan lama, karena proses diperlukan sampai 1250 dibakar dan dapat dilakukan pada waktu pembentukan di atas roda putar dengan cara bagian tepian di tekan sehingga membentuk hiasan gelombang. Dapat pula dilakukan setelah produk setengah kering di ukir, cetak-tempel atau cap. Teknik pengglasiran dilakukan beberapa cara, tergantung besar-kecilnya produk; barang berukuran kecil dengan cara dicelup pada cairan glasir, sedangkan produk ukuran sedang dan besar dengan cara disiram. Pembakaran bagian yang tersulit ini memerlukan ketelitian. Tungku yang digunakan berukuran panjang antara 38 meter, lebar depan 127 cm, tengah 182 cm, dan belakang 150 cm disini terletak cerobong asap, tinggi tungku rata-rata 120 cm an. Bentuk memanjang ke belakang dan menaik supaya pemanasan merata. Produk disusun sesuai
dengan jenisnya, barang-barang yang tidak diglasir di letakkan di paling belakang, kemudian tempayan atau barang-barang berukuran besar, sedangkan barang kecil dimasukkan kedalam wadah untuk menghindari kerusakan. Temperatur yang derajat Celcius, pembakaran memerlukan waktu 24 jam; setiap proses pembakaran dalam satu tungku memuat antara 5000—600 buah tergantung pada besar-kecilnya barang yang
Teknik ukir Teknik pencelupan Cara penyusunan dalam tungku Dari peninjauan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa teknologi dan hasil produksi sangat berpotensi dalam hal meniru keramik kuna, bahkan kadang-kadang para ahli keramik kuna pun terkecoh dalam menginterpretasikannya, karena demikian sempurnanya peniruan tersebut. Hal ini ditunjang pula oleh pengrajin imigran dari Cina dengan teknologi sama dengan apa yang Menunggu peminat terjadi di Cina pada masa lalu. Namun sayang potensi tersebut tidak ditunjang dalam pemasarannya, sehingga beberapa pabrik memperlihatkan kemunduran kuantitas produksi, bahkan ada pabrik yang tutup, ada pabrik yang telah mengubah bentuk produksinya ke genteng dan bata, untuk menutupi kurangnya pemasaran keluar. Padahal apabila bentuk-bentuk keramik kuna tersebut masih tetap dipertahankan dan lancarnya pemasaran, hasilnya akan lebih besar daripada bentuk yang dibuat sekarang. Hambatan pemasaran itu, juga disebabkan masalah transportasi, sebagai contoh: jenis tempayan tipe kuna di pabrik dapat dibeli dengan harga antara Rp. 25.000 sampai Rp. 100.000, tetapi di luar Singkawang barang tersebut dijual sampai jutaan, bahkan di beberapa art shop harganya lebih mahal lagi; itu semua karena kesulitan transportasi. Sampai saat ini, jenis barang Singkawang telah menyebar, baik di dalam maupun luar negeri (museummuseum;  kolektor; art shop). Kesamaan produk antara Singkawang dengan Cina, bahkan dengan negara-negara lain menjadikan pengetahuan baik dari segi tipologi maupun stylistiknya, bahkan beberapa dari hasil produksi dapat dikatakan serupa tapi tak sama, namun ciri material atau bahan berbeda, dengan demikian pengetahuan material menjadi penting sekali artinya dalam mengidentifikasi keramik. Dengan demikian ciri bahan menjadi penting sekali.  Sampah dari tungku Cina (kiri), sampah dari tungku Singkawang (kanan)

from Budpar

Labels:

Tuesday, December 30, 2008

History of Bengkayang

post from>Kab.Bengkayang

The word Bengkayang in Chinese language (La La) means faraway, in the beginning Bengkayang village was a part of Sambas area, Bengkayang was a stopping point for past merchants and goldminers. Bengkayang during the Dutch Colonialism was a part of Afdeling Van Singkawang area, in which Afdeling administration area was distributed into several legal zones as follow:

* Onder Afdeling Singkawang, Bengkayang, Pemangkat, and Sambas (Sambas Sultanate area).
* Kingdom’s area / Penembahan Mempawah.
* Pontianak Kingdom’s area which included Mandor.

By the end of World War II, those areas were distributed into autonomy area of Sambas Regency with Singkawang as the capital. Sambas Regency led 4 ( four ) kawedanan, as follow :

* Kawedanan Singkawang
* Kawedanan Pemangkat
* Kawedanan Sambas
* Kawedanan Bengkayang

History of Bengkayang Regency Founding

With the issuance of Code Number 10 year 1999 on the founding of Daerah Tingkat II Bengkayang, secara resmi mulai tanggal 20 April 1999, Bengkayang Regency was officialy detached from Sambas Regency since 20th of April 1999. Subsequentlyon the 27th of April 1999, Indonesian Minister of State Affair and Regional Autonomy selected the first Regent of Bengkayang which was chaired by Drs. Jacobus Luna. At the time Bengkayang Regency only cover 10 (ten) districts, subsequently with the direct election of Head of Region in 2005, Drs. Jacobus Luna was re-elected and Suryadman Gidot, S.Pd was elected as Regent and Vice Regent of Bengkayang Regency for 2005 – 2010.

The existence of Code Number 12 year 2001 on the founding of Town Government of Singkawang resulted to the expanding of Bengkayang Regency by the detachment of 3 (three) districts to be included in the Town Government of Singkawang that only 7 (seven) were left. In the year 2002, Bengkayang regency added it’s area into 10 districts with the founding of several new districts: Monterado district, Teriak district, Suti Semarang district.

In the beginning of 2004, from the 10 existing districts, Bengkayang Regency expanded the area to 14 districts with the additional 4 new districts: Capkala district, Sungai Betung district, Lumar district, and Siding district, subsequently in year 2005, Sanggau Ledo district was expanded into Tujuh Belas district, and Sungai Raya district was expanded to Sungai raya Kepulauan district, and Samalantan district was expanded to Lembah Bawang district, that overall there are 17 districts.

Labels:

Saturday, December 27, 2008

SEJARAH SAMBAS

Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat.Pada jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang Raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesembilan yaitu Sultan AbdulDjalil Akbar. Beliau mempunyai putra yang bernama sultan Raja Tengah. Raja tengah inilah yang telah datang ke Kerajaan Tanjungpura (Sukadana). Karena prilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau disegani bahkan Raja Tanjungpura rela mengawinkan dengan anaknya bernama ratu Surya. Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat skt 36 Km dari Kota Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri. Yang sulung dikawinkan dengan kemenakan Ratu Sepudak bernama raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi penggantinya. Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah raja Tengah beserta rombongannya di Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahtadan memerintah dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah. Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Boma. Dalam pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya. Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika tangan kanan Raden Sulaiman bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota dengan nama Kota bangun. Jumlah pengikutnyapun makin banyak. Hal ini telah mengajak Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom Kesuma Yuda. Hasil mufakat keduanya meninggalkan kota lama. Raden Sulaiman menuju kota Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau. Kota ini juga disebut orang " Muara Ulakan". Kemudian keraton kerajaan dibangun dan hingga kini masih berdiri megah.
Di tempat inilah raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I. Saudara-saudaranya, Raden Badaruddin digelar pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberinama Raden Meliau, nama yang terambil dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian merka pamit ke hadapan Sultan Zaiuddin untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman dititahkan berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja. Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I.
Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari pangeran Dipa (seorang bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin I).
Wafatnya Sultan Umar Akamuddin I, Puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman Kamaluddin.
Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879). Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko' (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati diberangkatkan ke Jawa untuk study.
Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 16 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi Sultan dengan gelar sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai seorang putera bernama Raden Ahmad dan diangkat sebagai putera Mahkota. Dari istri kedua (Encik Nana) dikaruniai juga seorang putera bernama Muhammad Aryadiningrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Raden Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Muhammad Mulia Ibrahim. Pada saat Raden Ahmad wafat, Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil raja dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II.
Setelah memerintah kira-kira 4 tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Dan pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan Jepang. Sejak saat itu berakhir pulalah kekuasaan Kerajaan Sambas. Sedangkan benda peninggalan Kerajaan Sambas antara lain tempat tidur raja, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran raja, payung ubur-ubur, tombak canggah, meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Cina dan kaca kristal dari negeri Belanda.

Labels:

ORAL TRADITION

A storyteller narrates an oral epic about a legendary hero, named lawe. This oldest epic poem in the kayan Dayak tradition was dockumented and translated into Indonesian in 1995.
Lawe poem becomes unique as the recital, apart from telling past history of kayan people, sets up the ritm of oral music that urge listeners to danse without accompaniment and instead sing the poem in unison. Under the commad of ritmic knocking of stick performed by the narrator, poem are re\cited in unison for 3 days long.
Such poem are sung at special ceremony,e.g. death, marriage, moving to new house and in dange ceremony.

Labels:

Music and Dances

In Kanayan Dayak tradition, there are several types of dances with and without props, which are performed during rituals, and ceremonies, at time such as rice planting and harvest.
Musical instruments of the bukat people are made from atype of bamboo called betung, the namesake for mount Betung in the national park.Satu, aplucking instrument, is made by separating ling pieces of the outerskin from the stem of a bamboo segment and fastening them with wedges.
A percussion instrument, tabut, is also made from betung bamboo and simply cut in different lengths or rom different sized stems to produce the three tone needed.
Sape is a four-stringed guitar-like instrument which, like gongs and drums, is typical of the Dayak music tradition.

Labels:

Tuesday, December 16, 2008

Pontianak sepanjang Masa

Di sini saya akan menampilkan perjalanan perkembangan kota pontianak dari rangkaian foto-foto.
Gambar di samping adalah jalan Gaharu Telekomunikasi pada tahun 1970, sekarang jalan Teuku Umar di lokasi ini terdapat kantor Telkom.




ini adalah foto permulaan pembangunan jembatan ferry pada tahun 1970.







Kota Pontianak dicanangkan sebagai kota jasa, ini adalah foto pelabuhan seng hie pada tahun 1968.

Labels:

Sunday, December 14, 2008

Kerajinan tangan

Kalimanta Barat banyak menyimpan  sesuatu yang istimewa dan bisa dijadikan asset daerah, akan tetapi yang sangat disayangkan  pemasaran atas kerajinan tangan masyarakat tersebut sangat sulit atau kemungkinan besar tidak  tahu bagaimana memasarkan kerajinan tangan yang sangat artistic tersebut.
Ini adalah taplak meja atau penutup meja yang terbuat dari sisa-sisa kayu dari pabrik sawmill, ini merupakan ide yang sangat bagus karena di saat krisis begini ada juga yang memiliki kreatifitas yang tinggi dan memanfaatkan sisa kayu yang selama ini tidak dimanfaatkan lagi.Selain taplak meja juga dibuat tikar untuk tempat duduk-duduk santai bersama keluarga dengan motif yang menarik.

Labels:

Ketika Musim Hujan Tiba

Awal  Desember, ehm…musim hujan pasti akan tiba. Tapi sejak banyak terjadinya penebangan hutan dan pohon-pohon sudah mulai habis, musin hujan maupun musim kemarau sudah sulit diprediksi. Hari ini bisa hujan terus menerus sampai dua hari ke depan, tapi kemudian tiba-tiba seminggu ke depan sudah kemarau.
Seharusnya fenomena alam yang kini kita alami bisa menjadi pelajaran yang berharga supaya kita dapat menjaga ekosistim di sekitar kita apa adanya dan memanfaatkannya dengan sangat bijaksana dan kemudian tentu saja  melestarikannya untuk kepentingan anak cucu kita nanti.
Hutan berfungsi untuk menyimpan persediaan air, sehingga keadaan seperti yang akan saya tunjukan tidak akan terjadi lagi.
Nah, dengan keadaan seperti gambar-gambar di atas mudah-mudahan tidak akan terjadi lagi, jika kita sebagai manusia dapat menjaga dan memelihara apa yang dianugrahkan Tuhan Yang Maha Esa ke pada kita.

Labels:

Saturday, December 13, 2008

pakaian tradisional

       Nah, sekali ini saya akan menampilkan pakaian tradisional  untuk laki-laki
untuk suku melayu dan suku dayak

Labels:

Kain tradisional suku dayak

Selain kain yang saya contohkan di posting sebelumnya, masih ada lagi kain tenun suku dayak yaitu:


selain kain tenun di atas ada juga yabg dutenun untuk asesori kaum perempuan yaitu scraf:

Labels:

Friday, December 12, 2008

baju manik2

Selain pakaian yang saya postingkan terdahulu, sementara kita berpindah ke kain tenun asli buatan suku dayak di Kalimantan Barat yang saya ketahui ya, motif dan coraknya beragam, coba dech perhatikan motifnya baik-baik


Labels:

Pakaian Tradisional Suku Dayak

Di Kalimantan Barat  didiami oleh berbagai suku, dan suku aslinya adalah suku Dayak dan Melayu. Untuk suku dayak sendiri banyak bertempat tinggal di pedalaman, sedangkan suku melayu banyak tinggal dipesisir, akan tetapi itu dulu sekarang mereka sudah berbaur, dan hidup berdampingan layaknya keluarga.
Suku Dayak memiliki pakaian tradisional yang terbuat dari manik-manik asli ada juga dari kain tenun.

Labels:

Pontianak tempo dulu

Tahukah kalian kalau kota pontianak tidaklah seperti yang kita kenal sekarang, aku mendapatkan beberapa dokumentasi dari seorang teman yang memberiku beberapa foto-foto yang mungkin sekarang susah dicari.

ini adalah foto Sultan Pontianak yang berfoto dengan pejabat Belanda ketika itu, hanya saja aku tidak tahu tahun berapa foto ini dibuat, foto ini dibuat di depan kraton kadriah pontianak dan sampai sekarang kraton pontianak masih ada yaitu terletak di Jalan Tanjung Raya I Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak.
                               Ini jalan Tanjung Pura tahun 1970, masih kelihatan sepi ya,
  
Nah, ini jalan Ujung jalan Tanjung Pura tahun 1970, sekarang di kiri jalan ini ada Bank BNI 46 dan di kanan jalannya ada bank Lippo.

Labels:

Kain tradisional

Kota Pontianak memiliki kain khas tradisional yang disebut kain corak ingsang. Kain ini memiliki berbagai warna, ada juga 2 pilihan. Ada kain yang menggunakan benang emas ada juga yang tidak tergantung kesukaan. Kain ini dipergunakan untuk melengkapi pakaian tradisional, kalau untuk perempuan digunakan dengan baju kurung sedang untuk laki-laki digunakan untuk telok belanga, Kain ini biasanya digunakan pada acara-acara tradisional seperti perkawinan, Di sini, saya akan memberikan contoh kain-kain tradisional tersebut:
 

Labels:

KALIMANTAN BARAT

Di sini aku akan menceritakan semua hal mengenai propinsi tempat aku tinggal kalimantan barat. Mulai dari budaya, bahasa maupun kerajinan tangannya. Nah ini peta Propinsi Kalimantan Barat.


Kota Pontianak


Kota Pontianak dikenal sebagai kota perdagangan dan jasa. di Kota inilah terdapat tugu khatulistiwa yang membuktikan bahwa kota ini dilintasi oleh garis khatulistiwa. Nah ini dia gambar tugu khatulistiwa tersebut:
ada satu keistimewaan di sini, pada waktu-waktu tertentu jika waktu menunjukan jam 12.00 maka bila kita berdiri di sini, maka kita tidak akan memiliki bayangan. Mau mencoba? datang saja ke Kota Pontianak.

Labels: